Our site is moved here
Blog Mbah Dinan

Sabtu, 26 Juli 2014

Nilai Estetis dalam Musik Dayak

Berbicara mengenai nilai estetis, maka setiap karya seni, apa pun jenisnya mengandung tiga aspek mendasar yakni: (a) Wujud (apperance); (b) bobot (content, substance); dan (c) Penampilan (presentation) (A.A. Made Djelantik, 1980:14). Sebuah karya seni dapat diamati secara intelektual atau bagaimana bahan-bahan itu tersusun, sehingga secara emosional dapat dipahami perasaan yang diekspresikan.  Begitu juga dengan musik Dayak sebagai karya seni juga mengandung aspek wujud berupa perpaduan unsur-unsur seni lainnya secara total. Berdasarkan aspek wujudnya, musik Dayak dapat diamati dan segi aspek internal, seperti  motivasi, stimulasi, transformasi. Selanjutnya aspek eksternal, seperti  laras, instrumentasi, klasifikasi, teknik, dan komposisi.

Keseluruhan musik, termasuk musik Dayak menggunakan struktur, seperti ritme, melodi,  harmoni dan dinamika. Struktur ini akan membentuk kualitas musik menjadi suatu yang mempunyai nilai estetis dan dapat dinikmati keindahannya. Struktur tersebut tidak terlepas dari latar belakang budaya, sehingga sebuah musik meskipun mengacu pada unsur-unsur musikalitas dan nilai-nilai estetis pada akhirnya akan membentuk sebuah karakter dan ciri khas tersendiri sesuai dengan budaya yang melingkupinya.

Karakteristik musik Dayak yang mengandung nilai estetis untuk mendukung nilai-nilai budaya terdapat dalam musik itu sendiri. Hal ini karena keindahan itu tidak terlepas dari aspek pendukungnya, seperti bobot (isi) mencakup ide (gagasan), simbol, atau pesan yang disajikan, termasuk pula unsur-unsur musikalitasnya. Ide biasanya menjadi tema sentral, sedangkan aspek penampilan adalah keserasian perilaku antara ide dan bentuk yang dikemas dalam suatu penyajian (penampilan) estetis. Keseluruhan faktor dan elemen tersebut merupakan faktor penentu kualitas dari musik Dayak, sehingga musik tersebut dapat dinikmati sebagai sebuah produk keindahan sekaligus sebagai ciri khas budaya lokal.

Musik Dayak memiliki elemen-elemen dasar meliputi ritme, melodi, dinamika, harmoni, tekstur, bentuk, warna, dan gaya. Ritme dalam musik tersebut adalah gerakan kehidupan alam dengan ukuran beat tertentu (meter) dan dengan kecepatan tertentu (speed). Sedangkan melodi yang digunakan ibarat alur kehidupan yang dijalani masyarakatnya. Dinamika ibarat intensitas kehidupan manusia yang berhubungan dengan konsepsi religius dan adat istiadat. Selanjutnya harmoni dalam musik Dayak merupakan penggabungan konsep hidup secara horizontal yang mengacu pada keserasian hubungan masyarakat dengan lingkungan, para leluhur, makhluk halus, dan Jubata. Melalui penggabungan elemen-elemen tersebut, musik Dayak menjadi sebuah musik yang mempunyai citra keindahan sesuai dengan karakter budayanya.

Penyajian musik Dayak mampu memancarkan nilai-nilai estetika yang tidak terlepas dari konsep-konsep musikal dan keindahan. Dalam mengungkapkan nilai-nilai tersebut, baik nilai simbolis maupun estetis perlu diketahui konsep, bunyi musik, dan prilaku masyarakat dari sebuah budaya musik. Keindahan bunyi yang diekspresikan dalam pertunjukan tidak terlepas dari konsep religius, yaitu Tuhan, manusia, dan makhluk gaib (makhluk halus dan roh para leluhur) atau tiga dunia, yaitu Dunia Bawah, Dunia Tengah, Dan Dunia Atas yang menjadi inspirasi bagi pembentukan nilai-nilai kehidupan. Dunia Atas dilambangkan dengan Agukng, Dunia Tengah dilambangkan dengan Dau, sedangkan Dunia Bawah dilambangkan dengan Gadobokng. Jalinan ketiga instrumen itu mampu memberikan suatu keindahan dan kesakralan yang dianggap oleh masyarakat sebagai lingkar kehidupan suci dalam dunia ini.

Apabila suatu karya mampu memukau penonton berarti karya itu telah menunjukkan kemantapan kandungan nilai estetis yang menyebabkan orang terpesona. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pokok keindahan sebuah objek estetis atau sebuah seni. Objek yang ditinjau hendaknya mempunyai dua syarat, yaitu: (1) Distinctness (kekhususan), yaitu pertimbangan estetis harus dipisahkan dengan jelas dari ha-hal lain yang tidak ikut dinilai. Sebagai contoh menilai keindahan musik Dayak harus dipisahkan dari penilaian pemainnya yang tua, atau penyanyi yang bagus harus dipisahkan dari wajahnya yang cantik; dan (2) Perceptibility (dapat dipersepsi), yaitu objek estetis yang dinilai adalah objek yang dapat dipersepsi, baik itu didengar maupun dilihat oleh penonton. Sebagai contoh seluruh pesan yang disampaikan melalui musik dan vokal mantra dapat dipersepsi oleh penontonnya, seperti dalam kesenian Jonggan.



Ada tiga unsur yang berhubungan dengan sifat-sifat keindahan suatu karya seni, yaitu: (1) Unity (keutuhan, kebersatuan, kekompakan, tidak ada cacatnya); (2) Complexity (kerumitan, keanekaragaman); dan (3) Intensity (intensitas, kekuatan, keyakinan, kesungguhan) (Ibid.: 65-67). Keutuhan berhubungan dengan kesatuan dan keselarasan jalinan musik yang ditampilkan, termasuk pula keselarasan nilai adat dan budaya yang dikandung musik tersebut. Kerumitan berhubungan bentuk musik atau pola garap yang ditampilkan dalam musik Dayak. Kompleksitas ini menambah nilai tersendiri bagi musik tersebut dan bagi orang yang membawakannya. Intensitas berhubungan dengan kepercayaan atau prinsip hidup yang dituangkan dalam musik tersebut, seperti unsur kepercayaan dan adat istiadat sebagai pengejawantahan kehidupan masyarakat Dayak Kanayatn. Keterikatan dan penuangan ketiga unsur keindahan inilah yang menjadi salah satu penyebab keberadaan musik Dayak masih dibutuhkan masyarakat pemiliknya disamping kandungan nilai estetis yang ada di dalamnya.

Keindahan mempunyai tiga syarat, yaitu: (1) Kesempurnaan atau tanpa cela; (2) Proporsi atau harmoni; dan (3) Kecemerlangan atau klaritas (dalam I komang Sudirga, 2005: 252). Keindahan lagu musik Dayak Kanayatrn juga dapat dirasakan dari dinamika yang diatur sedemikian rupa, seperti kuat lemah, tempo lambat, sedang, dan cepat secara bergantian seakan mengalir tanpa cela. Harmoni antara nada Solekng dan suara Dau, vokal mantra dan jalinan berbagai instrumen yang ditampilkan sesuai proporsinya masing-masing menjadikan sajian musik Dayak memancarkan greget, kualitas garap yang disebut klaritas.

Ungkapan-ungkapan dalam vokal mantra atau vokal yang dibawakan dalam ansambel upacara ritual yang syarat makna ditonjolkan oleh pemiannya. Ungkapan yang disampaikan adalah sebuah rekaman historis kehidupan masyarakat dan tentang asal kesenian itu lahir. Musik Dayak sebagai seni tradisi adalah adalah rekaman historis yang dapat dijadikan sebuah kerangka nilai estetis untuk dihayati dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Disamping itu kandungan nilai estetis tersebut dapat pula memberi rasa nikmat, indah, tenteram, damai, menyenangkan, sebagaimana keindahan musik ditampilkan sebagai sajian yang menarik, menyentuh, dan menggetarkan jiwa.

Demikian ungkapan musikal sebagai perpaduan nilai estetis dan nilai budaya yang ada dalam musik Dayak, telah terbukti dapat memberi kepuasan rasa tersendiri bagi penikmatnya. Suara nyanyian yang mengalun indah direspon oleh bunyi Solekng dan Dau yang mengantarkan jiwa untuk menampilkan nuansa kehidupan damai dan tenteram. Teks-teks lagu dan esensi cerita dimaknai untuk dapat menggugah kesadaran secara mendalam tentang makna dan tujuan kehidupan religius. Inilah yang dimaksud dengan unity yang memancarkan citra keindahan dengan kekhasan tersendiri sebagai ciri khas budaya masyarakat Dayak, sehingga keindahan yang dikandungnya menjadi keindahan yang membumi bagi setiap orang, terutama urakng Dayak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar