Our site is moved here
Blog Mbah Dinan

Senin, 28 Juli 2014

Penyajian Musik Dayak Kanayatn Dalam Ritual Baliatn

Istilah penyajian dalam sebuah pertunjukan dapat berarti atraksi maupun adegan yang dikemas menjadi salah satu peristiwa kesenian, seperti bagaimana sebuah musik disajikan dan bagaimana konteks pementasannya. Aspek ini merupakan sarana untuk mempermudah mengetahui konsep nilai, penggunaan, fungsi dan hubungannya dengan aspek lain, sehingga dapat dilihat dan dipelajari ciri-ciri musik tersebut sebagai sebuah pertunjukan.

Suatu sajian musik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sajian ritual dan sajian hiburan. Sajian ritual cenderung terkait dengan upacara dan berhubungan dengan hal-hal gaib, seperti makhluk halus, roh leluhur, dewa, dan Tuhan. Penyajian musik ini secara spesifik biasanya berhubungan dengan agama atau kepercayaan. Sajian musik hiburan tujuan hanya untuk menghibur dan tidak terkait dengan unsur ritual. Adapaun penyajian musik profane maupun ritual dapat dikenal dengan bentuk pertujukan, yaitu: (1) Untuk apa musik itu disajikan; (2) Waktu penyajian; (3) Tempat pergelaran; (4) Instrumen yang digunakan; (5) Kostum; (6) Lagu yang dibawakan, dan; (7) Pemain (I Wayan Senen, makalah yang diajukan dalam rangka peringatan Lustrum II ISI Yogyakarta, 23 Juli 1994: 4). Melalui ciri-ciri inilah dapat diketahui bahwa musik tersebut termasuk dalam kategori musik ritual atau bukan.

Tujuan
Secara mendasar tujuan penggunaan musik dalam ritual Baliatn adalah untuk mendukung ritual tersebut, sekaligus sebagai bagian penting upacara. Ritual Baliatn adalah ritual perdukunan masyarakat Dayak yang dianggap sakral dan dapat menghubungkan manusia dengan segala kekuatan di jagad raya ini, termasuk pula hubungan manusia dengan Tuhan. Pelaksanaannya senantiasa disertai musik sebagai bagian upacara. Disamping itu ritual Baliatn dapat dikatakan sebagai wadah perilaku religius yang sarat dengan kekuatan gaib. Ia tidak mengandung arti apa-apa bila tidak disertai tindakan dan peralatan yang bersifat sakral dan religius. Tindakan itu dapat berupa mantra, tarian, dan laku persembahan, sedangkan peratan sakral itu dapat berupa sesaji, kostum, jimat, dan instrumen, dan musik yang digunakan dalam upacara. Tanpa dua pendukung upacara itu, sebuah upacara hanya bersifat profan (keduniawian) seperti upacara kenegaraan dan lain sebagainya.

Tujuan suatu ritual pada dasarnya untuk mengadakan hubungan religius dengan penguasa atau kekuatan gaib. Jenis-jenis ritual itu dapat berupa pengobatan, perdamaian dengan makhluk halus karena diganggu, perbaikan tingkat kehidupan, keselamatan, ungkapan syukur, peringatan daur kehidupan, dan lain sebagainya. Pada tahapan ini musik berfungsi sebagai media komunikasi antara manusia dengan sesuatu yang gaib. Adapun beberapa ritual Baliatn dilihat dari niat dan tujuan pelaksanaan upacara adalah sebagai berikut (Regina, Tesis. 1997: 58-59).
  1. Baliatn Daniang, merupakan Baliatn paling tua. Dukun dalam upacara ini percaya bahwa kemampuan mereka didapat langsung dari Jubata, oleh karena itu mereka mampu menyembuhkan penyakit yang sangat parah.
  2. Baliatn Nyande, dukun dalam upacara ini mendapatkan kemampuan pengobatan dengan dipelajari langsung dari Kamang Bukit (roh halus yang bersifat baik dan menolong manusia). Dukun Baliatn Nyande dapat menyembuhkan penyakit melalui pembedahan lalu mengambil penyakitnya, kemudian ditutup kembali tanpa meninggalkan bekas.
  3. Baliatn Bantal. Dukun dalam upacara ini menggunakan bantuan makhluk halus yang disebut Kamang Babah (roh halus yang bersifat baik dari dunia bawah). Pamaliatn pada ritual ini khusus untuk mengobati penyakit dari roh halus yang marah karena merasa terganggu atau karena tidak diperhatikan lagi (dikasih sesaji).
  4. Baliatn Ngamukit. Dukun Baliatn ini memiliki kemampuan yang didapat dari Kamang Talaga (roh halus yang menempati Bukit Talaga). Dukun Baliatn ini dipercaya dapat menyembuhkan penyakit borok dan gatal-gatal.
  5. Baliatn Kanayatn. Dukun Baliatn ini menggunakan bantuan dari Kamang Laut (roh halus yang menempati sungai dan laut) dan biasanya mengobati penyakit dalam, seperti panas dalam dan lain-lain.
Selanjutnya jenis ritual pengobatan Baliatn terbagi dalam beberapa jenis sebagai berikut (Ibid.:59 – 60).
  1. Baliatn Barobat (untuk pengobatan penyakit)
  2. Baliatn Baniat (membayar niat setelah terkabulnya sebuah hajat akan hidup yang lebih baik)
  3. Baliatn batama’ Bohol (dilakukan untuk mendapat keturunan dan menolong orang melahirkan)
  4. Baliatn Tano’ (untuk keselamatan dan kesehatan bayi)
  5. Baliatn Narakng (untuk keselamatan manusia, rumah kampung, dan negeri)
  6. Baliatn Muang sangar (untuk penebusan dosa atau kesalahan)
  7. Baliatn Ngangkat Paridup (untuk keluar dari kehidupan yang susah menuju hidup yang lebih baik)
Waktu
Waktu terkait erat dengan sistem upacara, karena antara waktu penggunaan musik dengan upacara biasanya menjadi satu kesatuan yang saling mendukung penempatannya masing-masing. Penggunaan musik Dayak Kanayatn dalam ritual Baliatn disesuaikan dengan waktu pelaksanaan upacara yang biasanya dilaksanakan malam hari. Hal ini karena waktu tersebut dipercaya masyarakat setempat sebagai masa makhluk halus berkeliaran, sehingga mudah dipanggil untuk diberi makan.

Tempat
Penyajian musik dalam upacara Baliatn Nyande bertempat di ruangan tengah yang agak luas. Hal ini dilakukan agar pelaku upacara dapat bergerak dengan leluasa, terutama agar pamaliatn dapat menari dengan bebas. Posisi pemain musik berdekatan dengan tempat pamaliatn menari agar dapat melihat langsung tari yang diiringi. Disamping itu tempat sengaja dipilih berdekatan dengan pamaliatn untuk mengetahui jalannya upacara.
Ada juga yang mengadakan ritual baliatn di halaman atau lapangan luas, karena biasanya ketika ritual ini dilaksanakan, maka banyak orang yang datang untuk melihat ritual tersebut.
Pemain Musik
Pemain musik adalah orang yang terlibat langsung dalam sebuah pertunjukan musik. Ia merupakan seorang penyaji atau seniman yang mempresentasikan karyanya untuk tujuan tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut, penggunaan musik Dayak Kanayatn biasanya berorientasi pada nilai-nilai estetis yang dapat menyentuh penikmatnya. Penyajian ini dilalui dengan berbagai proses dari pencarian dan pengembangan ide, penuangan teknik, kemudian menyajikannya dalam sebuah upacara. Penyajian ini berhubungan langsung dengan teknik dan gaya penampilan presentasi musikal, karena sebuah presentasi mencakup konsep, ide musikal, bentuk, dan teknik penyajian tertentu sebagai bagian daya tarik penampilan sebuah musik. Disamping itu pemain musik bukan sekedar memainkan musik apa adanya, melainkan ada beberapa hal yang harus ia ketahui dan harus dijalani (laku ritual) sebelum upacara, sampai kepada penampilannya saat upacara berlangsung.

Pemain musik biasanya terdiri dari empat orang, yaitu dua orang pemain Dau (We’nya dan Naknya), satu orang pemain Gadobokng, dan satu orang penabuh Agukng yang rata-rata suadah tua. Sesungguhnya tidak ada kekhususan untuk memainkan musik tersebut, artinya musik itu boleh dimainkan siapa saja, tua, muda, laki-laki atau perempuan dengan syarat si pemain mengetahui cara bermain dan mengikuti peraturan adat sebelum disajikan dalam upacara.

Instrumen
Semua perlengkapan dan tingkah laku dalam upacara, seperti menyanyikan atau membacakan mantra, menari, memainkan musik, termasuk sesaji dan properti yang dikenakan pamaliatn dipercaya mempunyai kekuatan gaib. Kekuatan itu dapat dimanfaatkan untuk melindungi dirinya dari gangguan makhluk halus dan dipercaya oleh masyarakat setempat dapat mendatangkan roh halus yang ia panggil. Hal ini karena kekuatan gaib tersebut tidak hanya terdapat atau bersemayam dalam perilaku upacara saja, namun melekat pula pada semua bahan atau properti yang digunakan dalam upacara. Begitu juga dengan alat musik dan musik yang dimainkan, karena antara instrumen, jimat, dan properti lainnya dalam suatu upacara ritual merupakan satu kesatuan sakral yang penggunaannya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.

Kostum
Kostum adalah pakaian kebesaran yang digunakan dalam suatu kegiatan (Bambang Marhijanto, op.cit.:334) Kostum di sini meliputi baju dan celana yang dikenakan pelaku upacara, seperti pamaliatn, panyampakng, anak samang, dan pemain musik. Kostum yang digunakan berfungsi untuk memperindah penampilan.
Sesungguhnya pemain musik dalam upacara Baliatn tidak mempunyai keharusan untuk memakai baju tertentu, kecuali pamaliatn harus menggunakan sarung seperti seorang perempuan. Hal ini karena nenek moyang pamaliatn pertama adalah seorang perempuan, sehingga untuk menghormati hal tersebut pamaliatn menggunakan sarung sebagai lambang seorang perempuan yang pertama kali menjadi pamaliatn.

Demikian pengamatan singkat mengenai Musik Dayak Kanayatn dalam Ritual Baliatn. Semoga dapat memberikan manfaat bagi perkembangan musik tradisi di Kalimantan Barat dan dapat berguna bagi kita semua.

1 komentar:

  1. Postingan yang sangat bermanfaat, khusus nya untuk generasi Putra kalimantan Barat, Thanks atas infonya bro, numpang copas ya.

    BalasHapus