Our site is moved here
Blog Mbah Dinan

Minggu, 24 Juni 2018

Persepsi Sangka-Rasa Musikal

Memahami Sangka-Rasa

Ketika kamu mendengar musik mengalun dengan melodi yang menyayat, kebiasaan banyak orang menyebutkan “merasa” sedih karena biasanya pemikiran mempersepsi secara langsung tanpa menelaah rasa itu sendiri. Padahal hal pertama yang ditangkap adalah bunyi, jadi kuping akan menangkap bunyi dan mulailah pemikiran memberikan “sangka” terhadap bunyi tersebut. Pemikiran mempersepsi bunyi yang mengalun dan menyayat lalu menyimpulkannya di alam sangka. Kalau kamu mengatakan itu adalah rasa, maka saya katakana bahwa rasa itu relatif, karena bisa saja “bentuk musik” itu dipersepsi bukan musik sedih. Itu karena bentuk musik seperti itu digolongkan dalam musik sedih oleh pikiran kamu sendiri, namun belum tentu oleh orang lain. Bahkan ada beberapa orang mendengarkan dan menelaah bunyi secara mendalam (sangka) dulu baru dia menyimpulkan kalau itu mewakili suatu kesedihan atau lainnya. Jadi penyimpulan dari persepsi terhadap musik yang didengar itu lebih tepat dikatakan sangka. Sampai disini kita belum mencapai rasa.

Setelah kamu mendengar musik lalu ada sangka mengenai bentuk musik tersebut. Selanjutnya persepsi otak mengirimkan sinyal kepada hati untuk dirasakan. Ketika hati merasakan barulah ada sedih, gembira, atau marah. Tentunya persepsi hati juga berbeda dari masing-masing orang. Hatilah yang menyimpulkan masalah rasa, karena otak tidak mampu mempersepsi rasa. Dia hanya menyimpulkan kembali dari persepsi hati, sehingga keluarlah yang namanya sedih, gembira, atau marah yang biasanya disebut ekspresi mendasar dari musik. Inilah awal yang dipersepsi pendengar, makanya ada perbedaan sangka dan rasa dalam menafsirkannya.

Sangka membuat persepsi terhadap musik yang didengar, lalu mengirimkan sinyal kepada hati untuk dipersepsi. Pada hati mempersepsi, secapat itu pula hati langsung mengirim sinyal balik kepada otak. Layaknya seperti pecakapan “pikiran” dan “rasa”. Saya katakana pikiran karena pikiran ada dalam otak, dan dialah pelaku dari “sangka” itu sendiri. Sedangkan rasa itu sebenarnya yang menjadi palaku utama dari hati. “Pikiran” mendiami otak manusia dan “Rasa” bertempat di dalam hati manusia. Mereka saling berinteraksi secara cepat seakan tidak berjarak, bahkan lebih cepat dari kilatan cahaya sekalipun.

Bilakaifin

Sangka dan Rasa itu tidak berbentuk, tidak berwarna, tidak dapat diraba, dan tidak terpengaruh waktu dan tempat. Namun ingat ini baik-baik, dia bukan Tuhan. Katika kamu menelaah sangka tentang bunyi, maka kamu jangan mencari bentuk sangka itu, begitu juga dengan rasa yang tidak perlu dipersepsi bentuknya. Kamu hanya perlu berpikir masalah kesimpulan sangka dan rasa. Karena itulah yang akan kamu bawa berdasarkan luasnya pemikiran diperjalanan hidup. Saya tidak mengatakan pengalaman ikut berperan di dalamnya, karena pengalaman itupun sudah melalui atau sudah diproses oleh sangka dan rasa itu sendiri. Maka ketika kamu menemukan persepsi berbeda mengenai musik (bahkan sesuatu lainnya), itu wajar saja dan biasa saja. Karena memang sangka dan rasa manusia itu berbeda.

Permainan Sangka dan Rasa

Musik adalah bahasa bunyi yang terpola dan merupakan hasil ekspresi manusia akan suatu penggambaran dalam bingkai keindahan. Musik adalah seni yang membahas berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti manusia. Artinya musik adalah penerapan pola bunyi sesuai keinginan manusia untuk mengekspresikan suatu bingkai ide kedalam bahasa bunyi. Walau penafsiran mengenai musik kadang berbeda, namun mempunyai keterhubungan penafsiran yang sama, yaitu sama-sama menafsirkan bunyi menurut persepsinya masing-masing. Oleh karena itu bila terdapat perbedaan pandangan terhadap suatu musik, itu berkisar pada pada permainan Sangka dan Rasa walau dalam alasan yang bisa dicerna otak manusia, yaitu masalah bentuk, konsep, dan ide penyampaian. Wajar saja musik itu berbeda, karena masing-masing budaya atau manusia akan mempunyai apresiasi, penyampaian, bahkan konsep yang jauh berbeda.



Musik mencakup irama, melodi, harmoni, struktur sebagai penggambaran pikiran dan perasaan. Bentuk dan ekspresi secara menyeluruh akan dipersepsi manusia dan disimpulkan menjadi musik. Sementara bentuk mengacu pada keinginan atau bisa saja terpengaruh kebiasaan penciptanya yang kebanyakan mengacu pada pendidikan dan pengalaman pembuatnya. Oleh karena itu bentuk musik itu relatif dan bebas. Walau nantinya terdapat kebebasan atau keliaran bentuk musik seseorang, namun tetap saja dia akan membuat musik dalam tatanan musikal baku, seperti irama, melodi, dan harmoni. Jadi bentuk musik itu tidak dibatasi secara mutlak oleh suatu hukum musikal, namun dia akan berjalan sesuai tatanan hukum musikal itu sendiri. Artinya tidak bisa terlepas dari susunan irama, melodi, dan harmoni tertentu walau ada tendensi bahwa sipembuat musik itu tidak mengindahkan bentuk-bentuk tertentu, tapi akan terpola secara sendirinya. Inilah yang membuat musik itu terpola secara baku bila kita membicarakannya menurut kaidah-kaidah musik secara umum. Inilah yang membuat musik itu juga berbeda antara satu dengan lainnya. Inilah kesimpilan akhir dari Sangka dan Rasa yang bisa difahami manusia.

Musik adalah nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang menghasilkan bunyi). Secara sederhana musik adalah kumpulan nada yang tersetruktur sehingga menjadi suatu irama dan secara luas akan menjadi suatu susunan nada yang kompleks. Bunyi-bunyi inilah nantinya yang diejawantahkan menjadi musik, baik itu sederhana sampai yang rumit sekalipun. Oleh karena itu musik mempunyai kebebasan bentuk dari masing-masing individu.

Sesederhana apapun bentuk musik ditentukan oleh pengetahuan, keahlian, dan pengalaman sipembuat musik itu sendiri. Disalamnya terdapat rentang waktu yang berhubungan dengan panjang pendek bunyi (durasi nada). Dia akan memenuhi ruang-ruang yang disediakan sedemikian rupa menurut penciptanya dan dalam ruang tersebut bunyi itu mengalir menjadi suatu kesatuan bunyi. Dalam ruang itu juga sipembuat musik menyampaikan gagasan melalui bentuk tertentu, menggunakan ritme tertentu, memainkan melodi tertentu, sampai pada penerapan harmoni tertentu. Semua itu akan ditangkap oleh kuping manusia lalu disimpulkan oleh Sangka lalu ditafsirkan pula oleh Rasa manusia. Indah atau tidak indah hasil bunyi yang disusun itu bersifat relatif, tentunya menurut selera pendengarnya masing-masing yang kesemuanya itu juga dari rasa. Oleh karena itu manusia kebanyakan menafsirkan musik menurut sangka (persepsi) dan rasa (intuisi batiniah) di dalam hatinya. Kalau musik itu enak, maka musik disetujui oleh rasa seseorang. Kalau musik itu tidak enak, maka ia tertolak dari hatinya.

Sangka seseorang terhadap suatu bunyi (satu nada) bisa dipersepsi secara luas yang sudah pasti berbeda. Apalagi sangka ketika mendengar musik dari gabungan banyak nada. Sangka dalam hati manusia inilah yang melahirkan rasa terhadap bunyi. Sebagai contoh ketika kamu mendengar musik mengalun dengan melodi tertentu, sangka akan menangkap bahwa musik itu menggambarkan sesuatu. Sementara rasa kemudian menghadirkan damai dan ketenangan. Namun sadarlah kamu, kalau musik tersebut bisa saja sangka sebagai musik sedih dan rasa akan membawanya pada tragedi memilukan. Jadi sangka akan melahirkan rasa dan menyimpulkan berdasarkan sangka-rasa tersebut.

Bebas seperti alam

Bebaskan dirimu seperti alam dari sangka dan rasa, begitu juga membebaskannya dialam bunyi, karena bunyi itu juga sebenarnya adalah alam tersendiri. Ketika hati dan pikiran kamu terbuka seperti langit, maka kamu akan bisa menelaah semua musik dan menerima bunyi sebagai sahabat, bukan lagi enak atau tidak enak. Kamu akan berpikir antara cocok dan tidak cocok, hanya itu. Inilah mengapa dalam seni tidak ada kata-kata indah dan tidak indah, yang ada antara cocok dan tidak cocok. Kalau cocok dengan persepsi otak (sangka) dan persepsi hati (rasa), maka akan dikatakan indah, kalau sebaliknya maka kamu akan menghakimi musik itu tidak indah. Namun kalau kamu berada pada tingkatan ini, maka kamu belum membebaskan jiwa seperti alam. Manusia yang bebas dialam bunyi, dialah bunyi itu sendiri, tanpa ke-aku-an dan tanpa peng-aku-an, lalu lebur dalam ketiadaan, tanpa dipengaruhi permainan Sangka-Rasa

Orang yang bebas bermain di alam bunyi adalah orang yang bisa melepaskan dari permainan sangka-rasa. Bagaimana kamu bisa mempersepsi bunyi secara utuh kalau kamu belum bisa melepaskan dari keduanya. Orang yang bisa memberi tanggapan adalah orang yang menjadi penonton, oleh karena itu kamu harus keluar dari permainan sangka dan rasa. Jika kamu merasa bisa memberi tanggapan terhadap sangka-rasa, maka sadarilah… sebenarnya kamu hanya dikendalikan oleh keduanya. Oleh karena itu bebaskanlah dirimu seperti alam, bahkan seperti bunyi itu sendiri yang bebas tanpa dibatasi pemikiran dan perasaan.

Kamis, 21 Juni 2018

Matinya Musik Tradisi

Ideologi salah kaprah

Sangat mengenaskan ketika musik tradisi di Kalimantan Barat dibicarakan pada forum-forum resmipemerintahan, pada wacana liarnya warung kopi, lau beralih ke sanggar-sanggar yang konon kabarnya melestarikan bunyi dalam bingkai tradisi. Gilanya lagi wacana musik tradisi dibawa keranah kemulian perkembangan dengan berbagai alasan yang akhirnya kabur untuk kita persepsi. Inilah yang sekarang bergejolak dimusim berkesenian di Kalimantan Barat.

artikel ini dipindahkan ke mbahdinan.com
silahkan baca artikel 

Jumat, 18 Mei 2018

AKAR MUSIK TRADISI

Musik tradisi adalah musik yang tumbuh dan berkembang pada suatu masyarakat. Musik tradisi itu ada sesuai dengan pola pikir masyarakatnya, sehingga ia dianggap sebagai penggambaran budaya suatu masyarakat. Selain itu musik tradisi berkembang sesuai tingkat kreatifitas dan intelektualitas masyarakat dimana di dalamnya terkandung persepsi masyarakat terhadap suatu kejadian tertentu. Misalnya ketika mereka mempersepsi suatu yang sakral, agung, dan terhormat mengenai sebuah ritual, mereka mempersepsikannya melalui bunyi tertentu sebagai transformasi pemikiran tersebut. Katika musik itu tercipta, akhirnya musik tersebut dianggap mempunyai daya kesakralan dan keagungan yang mereka hormati sebagaimana mereka menghormati ritual itu sendiri.

Melihat keterangan di atas kita mengetahui bahwa musik tradisi lahir dari pemikiran atau persepsi masyarakat terhadap suatu kejadian dalam kehidupan. Melalui konsep kebudayaan, pola pikir itu menjadi ide musikal, perlakukan seperti menabuh atau memainkan musik adalah interaksi manusia sesuai konsep budayanya, selanjutnya musik itu sendiri hasil dari pikiran dan tingkah laku sesuai dengan budaya yang melingkupinya. Dengan begini musik dapat dikatakan sebagai budaya suatu masyarakat, sehingga dapat disimpulkan bahwa musik tersebut berakar dari kehidupan masyarakat pemiliknya, dari alam pemikiran, pola perilaku khusus, dan hasil berupa karya musik. Makanya banyak para ahli berpendapat bahwa musik tradisi berasal dari kebiasaan hidup dan cara menanggulangi segala kejadian yang dipersepsi oleh akal manusia. Itulah akar musik tradisi.
Kalau ada pendapat yang mengatakan bahwa musik tradisi itu berasal dari nama seseorang penciptanya, lalu berkembang menjadi seperti yang sekarang ditemui, berarti kita masih membicarakan fase kemunculan dan perjalanan, sehingga dapat dikatakan bahwa opini kita hanya menangkap fase sejarah, bukan akar musik itu sendiri.


Rabu, 10 Januari 2018

Pementasan Musik Tanah Merdeka

PEMENTASAN TUNGGAL MUSIK DAYAK "TANAH MERDEKA"

Tanah merupakan suatu lahan hidup yang memberikan manusia Dayak kehidupan. Tanah adalah ibu bagi masyarakat Dayak yang membelai dengan kasih sayang, yang menyuapi mereka makan, dan mengajarkan mereka kebijakan nafas Tuhan. Tanah adalah jiwa hidup yang harus dihormati dan diagungkan. Dia adalah harta yang harus diwariskan kepada generasi berikutnya. Itulah arti penting tanah bagi masyarakat Dayak, menyatu dalam kehidupan manusia Dayak.

Kebebasan adalah sebuah kemerdekaan secara hakiki, yaitu bebas berpikir, berbuat, dan memanfaatkan hasilnya, baik berupa material maupun intelektual. Kebebasan harus berpegang pada adat dan etika, agar sejalan dengan konsep keharmonisan hidup dan nilai-nilai budaya. Dari sini dapat difahami, bahwa kebebasan dalam kehidupan urakng Dayak adalah sebuah konsep kehidupan yang mendasar dengan berpegang teguh pada adat dan agama, sehingga kebebasan itu dapat memberikan kedamaian dan keharmonisan sesungguhnya dalam hidup manusia Dayak.




Permasalahan timbul ketika tanah Dayak mulai direnggut secara halus dengan dalih pembangunan. Mulai diperkosa dengan segala macam tujuan yang tidak mendukung kehidupan adat dan norma. Saat itu, kehidupan manusia Dayak telah terkoyak oleh ambisi yang bertopeng kemulukan. Beberapa manusia bijak mulai memainkan peran pahlawan dan berdiri bangga diatas Tanah Merdeka. Namun mengertikah kita, bahwa kebebasan yang dibicarakan adalah semu dan terikan janji manis yang sebenarnya bertabir pembodohan? Sadarkah kita bahwa kebebasan itu adalah ketika beberapa orang berduit dapat bebas memperkosa tanah adat tanpa perduli dengan hukum adat itu sendiri? Sadarkah kita, ketika tanah Dayak sudah diperkosa, mereka akan menjadi budak di tanahnya sendiri? Kalau sudah begini, apa arti KEBEBASAN itu?
Ditanah yang bebas ini, kami tidak melihat enggang mengibaskan sayapnya dengan bangga. Di Tanah Merdeka ini, kami tidak melihat hukum adat menjadi tonggak keagungan budaya Dayak. DiTanah Merdeka ini, tanpa sadar kami menjadi budak ditanah sendiri. Biarlah kami menata tanah dengan kearifan kami, karna tanah adalah harta kami satu-satunya yang akan diwariskan kepada anak cucu kami. Kami tidak mempunyai harta lagi, kecuali secuil semangat untuk meneruskan hidup dan budaya kami. Kebalikan Tanah Merdeka itu, dan akan kami berikan kedamaian yang sesungguhnya. 
Itulah segenggam harap dari nurani manusia Dayak. Kembalikan Tanah Merdeka itu, dan biarkan mereka menatanya menjadi permata indah untuk diwariskan kepada generasi berikutnya.



Download video pementasan musik TANAH MERDEKA

Tari Rinyuakng

Tari Rinyuakng bercerita tentang semangat rinyuakng. Rinyuakng adalah sejenis tumbuhan yang banyak tumbuh di daerah Kalimantan, termasuk Kalimantan Barat. Rinyuakng ini dipercaya sebagai tumbuhan sakral dan sebagai lambang kehidupan masyarakat Dayak Kanayatn. Dalam tari ini diceritakan eksistensi rinyuakng yang digunakan sebagai saran pengobatan, dan cerita percintaan dalam kehidupan dalam semangat rinyuak.





Tari karya Gabriel Armando, M.Sn.
Musik karya Mbah Dinan

Video Tari Legenda Dara Lumau

Dara Lumau dan Mambang Ngelai

Tari Dara Lumau bercerita tentang masyarakat Dayak Desa di daerah Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Tari ini menceritakan seorang gadis bernama Dara Lumau yang terkenal karena kecantikannya. Kabar kecantikan Dara Lumau akhirnya didengar banyak pangeran dan pemuda diberbagai daerah Kalimantan, sehingga banyak yang datang melamarnya. Akhirnya orang tua Dara Lumau memingit anaknya dalam sebuah pondok, lalu menjadikan pondok itu menjadi batu. Dia menjadikan syarat bahwa untuk dapat mempersunting anaknya, maka para lelaki harus membuka pingitan batu tersebut. Tidak ada satu orangpun yang sanggup membukanya. Akhirnya banyak peminang Dara Lumau menyerah dan pulang dengan harapan hampa. Akhirnya ini menjadi kekhawatiran orang ibu Dara Lumau, yang akhirnya mengeluarkan pengumuman mencari menantu dengan syarat dapat membuka pingitan dari batu dimana Dara Lumau dipingit.



Sampailah pengunumuman itu ketelinga Mambang Ngelai, seorang pemuda sakti dari daerah Serawai. Akhirnya berangkatlah Mambang Ngelai ke tempat orang tuanya Dara Lumau. Sesampainya di tempat yang dituju, Mambang Ngelaipun menceritakan maksud kedatangannya. Mambang ngelaipun dipersilahkan membuka pingitan batu tempat Dara Lumau berada. Akhirnya dengan kesaktiannya, Mambang Ngelai berhasil membuka pingitan batu tersebut dan berhak mengawini Dara Lumau. Pesta pernikahan diadakan dirumah Dara Lumau dan dimeriahkan dengan pesta adat selama tujuh hari tujuh maalam. Sementara Dara Anta yang sudah hamil tua akhirnya melahirkan dikampungnya. Dia merasa sangat sedih ketika mendengar Mambang Ngelai Suaminya kawin lagi. Namun dia tetap sabar menunggu kedatangan Mambang Ngelai.



Sumber video MR. OK